BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sigmund Freud (1856-1939) adalah bapak dari
psikoanalisis dan selanjutnya pencipta teori kepribadian modern. Psikoanalisis
mempunyai latar belakang ilmu kedokteran, sebab Freud adalah sendiri adalah
doketer penyakit kejiwaan (sakit syaraf).semula ia belajar kepada Charcot
(1894) dalam hal terapi penyakit histeri dengan metode hipnose. Kemudian tahun
1895 Freud bekerja sama dengan Breuer dari Wina, juga dalam penyakit histeri,
tetapi tidak memakai metode hipose. Breuer mengajak pasiennya berbicara untuk
mengungkapkan permasalahannya, dan ternyata berhasil lebih baik dari pada
metode hipnose. Freud dan Breuer berhasil menulis buku tentang histeri. Freud
menyetujui metode yang dipakai Breuer, ialah metode asosiasi bebas dalam mengungkapkan
permasalahan subyek.
Selanjutnya Freud memisahkan diri karena memiliki
perpedaan pendapat dengan Breuer. Freud mempunyai keyakinan baru, bahwa sebab
yang sedalam-dalamnya dari pada penyakit syaraf adalah nafsu birahi atau
dorongan seksual. Atas dasar pengalaman-pengalam terapeutik dengan metode yang
baru tadi, maka Freud menyusun teori psikoanalisisnya.
- Rumusan Masalah
- Bagaimanakah teori kepribadian menurut Freud?
- Apa saja yang dibahas mengenai keribadian yang diungkapkan oleh Freud?
- Bagaimanakah aplikasi/peran psikoanalisis dalam psikoterapi?
- Tujuan
1.
Dapat mengetahui teori kepribadian
menurut Freud.
2.
Dapat menegtahui apa saja yang
dibahas dalam teori kepribadian milik Freud.
3.
Dapat mengetahui aplikasi/peran
psikoanalisis dalam psikoterapi.
- Manfaat
Mahasiswa lebih dapat memahami dan mengerti
tentang teori kepribadian milik Sigmund Freud meliputi struktur kepribadian, tentang
teori dasar yang diungkapkan Freud dsb yang memang harus diketahui
oleh mahasiswa, serta dapat memahami setiap
karakteristik dari setiap tahapan-tahapan maupun
tingkatan-tingkatan kepribadian manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tokoh dan Teori Dasar Psikoanalisis
1.
Nama lengkap : Sigmund Freud
2.
Lahir : Moravia, 6 mei 1856
3.
Wafat : London, 23 september 1939
4.
Asal keluarga : Yahudi
5.
Isteri : Martha Barneys
6.
Anak : 6 orang. Seorang putrinya, Anna Freud menjadi penganut freudinamisme.
7.
Pendidikan :
·
Universitas wina 1873-1881,
spesialisasi dokter ahli syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri)
·
Tahun 1894 freud belajar terapi
histeri pada jean caharcot di paris. Tahun1895 ia kembali ke wina bekerja sama
dengan dr. joseph breuer, dengan metode asosiasi bebas.
·
Tahun 1895 freud bersama breuer
menulis tentang kasus-kasus histeri.
·
Tahun 1902 ia membentuk kelompok
psikologi di wina.
·
Tahun 1908 freud diundang oleh
george Stanley hall ke USA den member ceramah-ceramah pada pertemuan-pertemuan
dies natalis universitas clark. Freud menjadi terkenal di seluruh dunia.
·
Tahun 1909
freud digabungi oleh adler dan jung.
·
Tahun 1923 freud kena penyakit
kanker rahang dan pernah dioperasi sampai 30 kali.
·
Tahun 1928
Nazi berkuasa di Austria, freud menyingkir ke inggris dan meninggal dunia di London 1939.
8.
Karya tulis : Freud banyak menulis artikel dan buku dalam berbagai bidang
ilmu. Antara lain :
·
Masalah psikoanalisis dan agama.
·
Masalah psikoanalisis dan humaniora,
kesenian.
·
Masalah psikoanalisis dan masalah
social.
·
Masalah psikoanalisis dan politik.
·
Teori psikoanalisis.
9.
Konsep-konsep atau teori-teori yang
diketengahkan :
·
Ketidak sadaran jiwa dan libido.
·
Struktur kepribadian.
·
Rasa cemas.
·
Mekanisme pertahanan jiwa.
·
Kompleks terdesak.oedipus dan
Elektra.
·
Sublimasi.
·
Kateksis dan antikateksis.
·
Reduksi tegangan.
·
Identifikasi
dan introyeksi.
·
Pengususl gairah seksual yang
tertekan menjadi penyebab sakit jiwa.
·
Nafsu seksual sudah mulai masa masa
kanak-kanak.
Konsep-konsepnya banyak yang
bertentangan dan banyak menimbulkan perdebatan. Banyak tulisan dan konsepnya
tetapi sukar untuk menentukan posisinya dalam sejarah. Tetapi freud termasuk
pelopor dan penggali psikologi, terutama psikologi ketidak-sadaran dan
psikodinamik. Maka freud termasuk pemikir besar yang mengenai tingkah laku
manusia.
10.
Buku-bukunya :
·
Traumdeutung, The Interpretation of
Dream, 1900
·
The Psychopathology of Everyday
Life, 1901.
·
General Introductory Lecture on
Psychoanalysis, 1917.
·
New Introductory Lecture on
Psychoanalysis, 1933.
·
Outline of Psychoanalysis, 1940.
·
Hampir seluruh
karyanya dibukukan oleh Ernest Jones dengan judul The life and work of Sigmund
freud : vol 1, 1953; vol2, 1955; vol 3, 1957.
Teori freud memiliki
beberapa kelemahan , terutama dalam hal-hal berikut :
1.
Pendapat
freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran (unconsciousness) amat berpengaruh
terhadap perilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa manusia menjadi budak
dari dirinya sendiri.
2.
Pendapat
freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau
berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan bahwa manusia
dipandang tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3.
Pendapat
freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara
yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukan
bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Ada dua asumsi yang
mendasari teori psikoanalis Freud, yaitu determinisme psikis dan motivasi tak
sadar.
a.
Determinisme
psikis Ppsychic Determinism)
Asumsi ini mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau ditasakan individu mempunyai arti dan
maksud dan itu semuanya secara alami sudah ditentukan.
b.
Motivasi
tak sadar (Unconscious Motivation)
c.
Freud
meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan,
berpikir, dan merasa) ditentukan oleh motiv tak sadar.
B.
Struktur
Kepribadian
Freud
membagi struktur kepribadia ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego dan superego.
Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut.
1. Id
(Das Es), Aspek Biologis Kepribadian
Id merupakan komponen kepribadian yang
primitif, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim
tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure prinsiple) atau prinsip reduksi
ketegangangan. Id merupakan sumber energi psikis. Maksudnya bahwa id itu
merupakan sumber dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-dorongan biologis
(makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb.)
dan instink kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakan
tingkahlaku. Prinsip kesenangan berujung
pada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan-dorongan biologis tersebut.
Id
merupakan proses primer yang bersifat primitif, tidak egois, tidak rasional,
Dan orientasinya bersifat fantasi (maya).
Dalam mereduksi ketegangan atau
menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan,
id menempuh, dua cara (proses), yaitu melalui refleks dalam proses primer (“the primary process”). Refleks merupakan
reaksi-reaksi/ otomatis yang bersifat bawaan (bukan hasil belajar), seperti :
bersin dan berkedip. Melalui refleks, ketegangan (perasaan tak nyaman dapat
direduksi dengan segera. Proses primer merupakan reaksi-reaksi psikologis yang
lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk
khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan
tersebut. Misalnya: pada saat lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam
menghayalkan kegiatan balas dendam. Kehadiran objek diinginkan dalam bentuk
maya (hayalan) sebagai pengalaman halusinasi dinamakan “wishfullfillment”.
Contoh yang terbaik tentang proses primer ini adaah mimpi (dream).
Freud meyakini bahwa mimoi merupakan
usaha pemenuhan keinginan atau dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi dalam
kondisi nyata. Berbagai halusinasi pada orang yang mengalami gangguan jiwa
merupakan contoh dari proses primer ini. namun jelas, proses primer ini tidak
dapat mengurangi ketegangan. Rasa lapar tidak dapat terpenuhi (menjadi kenyang)
hanya dengan membayangkan makanan. Oleh karena dengan proses primer tidak dapat
mereduksi ketegangan atau memnuhi keinginan atau dorongan, maka cara atau
proses baru perlu dikembangkan. Atas dasar kebutuhan inilah komponen
kepribadian kedua terbentuk, yaitu Ego
(Das Ich).
2. Ego
(Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau manajer
dari kepribadian yang membuat keputusan (decision
maker) tentang instink-instinkmana yang akan dipuaskan dan bagaimana
caranya; atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan
berorientasi kepada prinsip-prinsip realitas (reality principle). Peranan utama Ego adalah sebagai mediator
(perantara) atau yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat untuk
mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (external social world) yang diharapkan.
Ego dibimbing oleh prinsip realitas (reality
principle) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ketegangan sampai
ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Ego menurut Freud seperti joki
penunggang kuda yang harus memahami kekuatan kuda. Dalam rangka menghindar dari
masalah, ego harus berusaha menjinakkan dorongan-dorongan id yang tak
terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan
pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasar pada “secondary process thinking”. Proses sekunder
adalah berpikir realistik yang bersifat rasional, realistik dan berorientasi
pada pemecahan masalah. Ke dalam proses sekunder ini termasuk pula
fuungsi-fungsi persepsi, belajar, memori, dan yang sepertinya. Melalui proses
sekunder ini pula, ego merumuskan suatu rencana untuk memuaskan kebutuhan atau
dorongan, kemudian menguji rencana itu. Orang yang lapar merencanakan untuk
mencari makan, dan mengujinya di tempat mana makanan itu berada. Kegiatan ini
dinamakan “reality testing”
(pengujian keberadaan objek pemuasan di dunia nyata). Ego senantiasa berupaya
untuk mencegah dampak negatif dari masyarakat (seperti hukuman dari orang tua
atau guru). Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering bersifat pragmatis,
kurang memperhatikan nila/norma, atau bersifat hedonis. Namun begitu Ego juga
berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dengan cara menunda
kesenangan/kepuasan sesaat.
Hal yang harus diperhatikan dari ego ini
adalah bahwa (1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk
memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energi (daya)
ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya
menengahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar, (4) ego bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakkannya.
3. Super
Ego (Das Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super ego merupakan komponen moral
kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan
buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup, terutama pada usia anak,
individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik
dan yang buruk. Individu menginternalisasi berbagai norma sosial tersebut.
Dalam arti, individu menerima norma-norma sosial atau prinsip-prinsip norma
tertentu, kemudian menuntut individu yang bersangkutan untuk hidup sesuai
dengan norma tersebut.
Super ego berkembang pada usia sekitar 3
atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan
tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya.
Apabila tingkah lakunya ternyata salah, tidak baik (bad) atau tidak sesuai dengan ketentuan orang tuanya, kemudian
mendapat hukuman, maka peristiwa ini membentuk kata hati (conscience) anak. Sdangkan apabila perkataan atau
tingkah lakunya baik (good),
disetujui dan mendapat ganjaran dari orang tuanya, maka peristiwa ini membentuk
ego-ideal anak.
Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego
ideal itu disebut introjeksi.
Introjeksi ini dapat juga diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap
norma-norma moral dan orang tuanya. Baik kata hati maupun ego-ideal,
kedua-duanya merupakan dua komponen yang membentuk super ego sebagai suatu
sistem dalam kepribadian individu. Kata hati berfungsi sebagai hakim dalam
diriu seseorang, apabila dia melakukan kesalahan, maka kata hati menghukumnya
dengan membuatnya merasa bersalah (guilty
feeling. Sementara ego ideal berfungsi sebagai pemberi hadiah atau ganjaran
kepada individu apabila dia berbuat baik dengan cara membuatnya merasa bangga
akan dirinya. Dengan terbentuknya superego ini, berarti pada diri individu
telah terbentuk kemampuan ntukmengontrol irinya sendiri(self control) menggantn kontro dari rang tua (out control).
Superego berfungsi untuk (1) merintangi
dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual agresif, karena dalam
perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untu
menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik dan (3)
mengejar kesempurnaan (perfection)
Secara ringkas, karakteristik ketiga sistem
kepribadian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel
3.1
Karakteristik
Sistem Kepribadian Menurut Freud
ID
|
EGO
|
SUPEREGO
|
Sistem asli (the true psychic reality), bersifat
subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang terdiri dari instink-instink,
dan gudangnya (reservoir) energi
psikis yang digunakan oleh ketiga sistem kepribadian.
|
Berkembang
untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh
energi dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata).
|
Komponen moral
kepribadian, terdiri dari dua subsistem: kata hati (yang menghukum tingkah
lakku yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar tingkah laku yang baik).
|
TEMPERAMEN
|
SIFAT-SIFAT
|
1. Sangunis
|
a. Sifat
dasar: periang, optimis, da percaya diri.
b. Sifat
perasaannya: mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius,
kurang dapat dipercaya karena kurang begitu konsekuen.
|
2. Melankolis
|
a. Sifat
dasar: pemurung, sedih, pesimistis, kurang percaya diri.
b. Sifat
lainnya: merasa tertekan dengan masa lalunya, sulit menyesuaikan diri,
berhati-hati, konsekuen, dan suka menepati janji.
|
3. Koleris
|
a. Sifat
dasar: selalu merasa kurang puas, beraksi nehatif dan agresif.
b. Sifat
lainnya: mudah tersinggung (emosional), suka membuat provokasi, tidak mau
mengalah, tidak sabaran, tidak toleran, kurang mempunyai rasa humor,
cenderung beroposisi, dan banyak inisiatif (usaha).
|
4. Plegamatis
|
a. Sifat
dasar: pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang jelas), dan
stabil.
b. Sufat
lainnya: merasa cukup puas, tidak peduli (acuh tak acuh), dingin hati (tak
mudah terharu), pasif, tidak mempunyai banyak minat, bersifat lambat, sangat
hemat, dan tertib/teratur.
|
Ketiga
komponen di atas merupakan suatu sistem kepribadian yang bekerja sebagai suatu
tim dan dikoordinasikan (diatur) oleh ego. Freud membandingkan struktur
kepribadian atau lapisan kesadaran itu dengan gunung es yang menggambarkan
bahwa menurut Freud kesadaran itu terdiri atas tiga tingkat, yaitu sebagai
berikut.
a. Kesadaran
(conscious) merupakan bagian
kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki
kesadaran penuh (full aware). Melalui
kesadarannya, individu mengetahui tentang: siapa dia, sedang apa dia, sedang di
mana dia, apa yang terjadi disekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang
diinginkannya. Freud meyakini bahwa kesadaran individu merupakan bagian
terkecil (permukaan gunung es) dari kehidupan mentalnya.
b. Ambang
sadar (preconscious) merupakan lapisan
juwa di bawah kesadaran, sebagai tempat penampungan dari ingatan-ingatan yang
tidak dapat diungkap secara cepat, namun dengan usaha tertentu sesuatu itu
dapat diingat kembali. Contohnya: pada suatu saat kita lupa tentang apa yang
telah dipelajari, tetapi dengan sedikit konsentrasi dan asosiasi tertentu kita
bisa mengingat kembali pelajaran tersebut.
c. Ketidaksadaran
(unconscious) merupakan lapisan
terbesar dari kehidupan mental individu. Area ini merupakan gudang dari
instink-instink atau pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (emotional pain) yhang dipres. Walaupun
individu secara penuh tidak menyadari keberadaan instink-instink tersebut,
namun instink-instink itu aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan (pleasure principle). Instink-instink itu
merupakan penentu utama tingkah laku individu.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sigmund
Freud (1856-1939) menggambarkan kehidupan jiwa manusia sebagai gunung es yang
mengapung di laut. Kesadaran jiwa itu ibarat bagian es yang Nampak di atas
permikaan air, yang hanya merupakan bagian kecil saja dari seluruh es yang
mengapung tadi. Sedangkan bagian es yang terendam dalam air melukiskan jiwa
bawah sadar sebagai bagian terbesar. Wilayah bawah sadar ini juga berisi
kekuatan-kekuatan vital tak kasat mata, namun memiliki kendali penting terhadap
pikiran dan perbuatan sadar seseorang.
Menurut
pendapat kami, bahwa teori Freudinamisme memang cukup kuat dan menarik,
walaupun bersifat spekulatif dengan dukungan fakta klinis. Sebagai teori
kedudukannya dalam forum ilmiah menjadi tantangan bagi lawan-lawannya dan
ahli-ahli generasi muda seterusnya untuk meneliti kembali teori Frreudinamisme
untuk dikembangkan lebih lanjut. Sedangakan dalam forum terapi psikiatris
dengan metode asosiasi bebas, memang sangat bermanfaat, sepanjang terapisnya
memang ahli psikoanalisis.
B.
Rekomendasi
Dengan
mempelajari dasar dari teori psikoanalisi, diharapkan konselor dapat membantu
individu dan konseli dalam proses penyadaran hal-hal yang tersimpan
ketidaksadaran konseli. Sesuai dengan tujuan dari psikoanalisis sendiri yaitu
membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar
menjadi sadar pada diri konseli.
REFERENSI
Rendy Wira. (2011). Teori Psikologi
Kepribadian Sigmun Freud. [Online]. Tersedia: [_____]
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya