Senin, 15 Oktober 2012

TEORI KEPRIBADIAN MAKALAH STRUKTUR KEPRIBADIAN


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Sigmund Freud (1856-1939) adalah bapak dari psikoanalisis dan selanjutnya pencipta teori kepribadian modern. Psikoanalisis mempunyai latar belakang ilmu kedokteran, sebab Freud adalah sendiri adalah doketer penyakit kejiwaan (sakit syaraf).semula ia belajar kepada Charcot (1894) dalam hal terapi penyakit histeri dengan metode hipnose. Kemudian tahun 1895 Freud bekerja sama dengan Breuer dari Wina, juga dalam penyakit histeri, tetapi tidak memakai metode hipose. Breuer mengajak pasiennya berbicara untuk mengungkapkan permasalahannya, dan ternyata berhasil lebih baik dari pada metode hipnose. Freud dan Breuer berhasil menulis buku tentang histeri. Freud menyetujui metode yang dipakai Breuer, ialah metode asosiasi bebas dalam mengungkapkan permasalahan subyek.
Selanjutnya Freud memisahkan diri karena memiliki perpedaan pendapat dengan Breuer. Freud mempunyai keyakinan baru, bahwa sebab yang sedalam-dalamnya dari pada penyakit syaraf adalah nafsu birahi atau dorongan seksual. Atas dasar pengalaman-pengalam terapeutik dengan metode yang baru tadi, maka Freud menyusun teori psikoanalisisnya.

  1. Rumusan Masalah
    1. Bagaimanakah teori kepribadian menurut Freud?
    2. Apa saja yang dibahas mengenai keribadian yang diungkapkan oleh Freud?
    3. Bagaimanakah aplikasi/peran psikoanalisis dalam psikoterapi?

  1. Tujuan
1.      Dapat mengetahui teori kepribadian menurut Freud.
2.      Dapat menegtahui apa saja yang dibahas dalam teori kepribadian milik Freud.
3.      Dapat mengetahui aplikasi/peran psikoanalisis dalam psikoterapi.


  1. Manfaat
Mahasiswa lebih dapat memahami dan mengerti tentang teori kepribadian milik Sigmund Freud meliputi struktur kepribadian, tentang teori dasar yang diungkapkan Freud dsb yang memang harus diketahui oleh mahasiswa, serta dapat memahami setiap karakteristik dari setiap tahapan-tahapan maupun tingkatan-tingkatan kepribadian manusia.








BAB II
PEMBAHASAN
A.   Tokoh dan Teori Dasar Psikoanalisis
1.      Nama lengkap       : Sigmund Freud
2.      Lahir                      : Moravia, 6 mei 1856
3.      Wafat                    : London, 23 september 1939
4.      Asal keluarga        : Yahudi
5.      Isteri                      : Martha Barneys
6.      Anak                     : 6 orang. Seorang putrinya, Anna Freud menjadi  penganut freudinamisme.
7.      Pendidikan :
·         Universitas wina 1873-1881, spesialisasi dokter ahli syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri)
·         Tahun 1894 freud belajar terapi histeri pada jean caharcot di paris. Tahun1895 ia kembali ke wina bekerja sama dengan dr. joseph breuer, dengan metode asosiasi bebas.
·         Tahun 1895 freud bersama breuer menulis tentang kasus-kasus histeri.
·         Tahun 1902 ia membentuk kelompok psikologi di wina.
·         Tahun 1908 freud diundang oleh george Stanley hall ke USA den member ceramah-ceramah pada pertemuan-pertemuan dies natalis universitas clark. Freud menjadi terkenal di seluruh dunia.
·          Tahun 1909 freud digabungi oleh adler dan jung.
·         Tahun 1923 freud kena penyakit kanker rahang dan pernah dioperasi sampai 30 kali.
·          Tahun 1928 Nazi berkuasa di Austria, freud menyingkir ke inggris dan meninggal dunia di London 1939.

8.      Karya tulis : Freud banyak menulis artikel dan buku dalam berbagai bidang ilmu. Antara lain :
·         Masalah psikoanalisis dan agama.
·         Masalah psikoanalisis dan humaniora, kesenian.
·         Masalah psikoanalisis dan masalah social.
·         Masalah psikoanalisis dan politik.
·         Teori psikoanalisis.
9.      Konsep-konsep atau teori-teori yang diketengahkan :
·         Ketidak sadaran jiwa dan libido.
·         Struktur kepribadian.
·         Rasa cemas.
·         Mekanisme pertahanan jiwa.
·         Kompleks terdesak.oedipus dan Elektra.
·         Sublimasi.
·         Kateksis dan antikateksis.
·         Reduksi tegangan.
·          Identifikasi dan introyeksi.
·         Pengususl gairah seksual yang tertekan menjadi penyebab sakit jiwa.
·         Nafsu seksual sudah mulai masa masa kanak-kanak.

Konsep-konsepnya banyak yang bertentangan dan banyak menimbulkan perdebatan. Banyak tulisan dan konsepnya tetapi sukar untuk menentukan posisinya dalam sejarah. Tetapi freud termasuk pelopor dan penggali psikologi, terutama psikologi ketidak-sadaran dan psikodinamik. Maka freud termasuk pemikir besar yang mengenai tingkah laku manusia.
10.  Buku-bukunya :
·         Traumdeutung, The Interpretation of Dream, 1900
·         The Psychopathology of Everyday Life, 1901.
·         General Introductory Lecture on Psychoanalysis, 1917.
·         New Introductory Lecture on Psychoanalysis, 1933.
·         Outline of Psychoanalysis, 1940.
·         Hampir seluruh karyanya dibukukan oleh Ernest Jones dengan judul The life and work of Sigmund freud : vol 1, 1953; vol2, 1955; vol 3, 1957.
Teori freud memiliki beberapa kelemahan , terutama dalam hal-hal berikut :
1.      Pendapat freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran (unconsciousness) amat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
2.      Pendapat freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan bahwa manusia dipandang tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3.      Pendapat freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalis Freud, yaitu determinisme psikis dan motivasi tak sadar.
a.       Determinisme psikis Ppsychic Determinism) 
Asumsi ini mengemukakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau ditasakan individu mempunyai arti dan maksud dan itu semuanya secara alami sudah ditentukan.
b.      Motivasi tak sadar (Unconscious Motivation)
c.       Freud meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, berpikir, dan merasa) ditentukan oleh motiv tak sadar.

B.   Struktur Kepribadian
Freud membagi struktur kepribadia ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut.
1.      Id (Das Es), Aspek Biologis Kepribadian
Id merupakan komponen kepribadian yang primitif, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure prinsiple) atau prinsip reduksi ketegangangan. Id merupakan sumber energi psikis. Maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb.)  dan instink kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakan tingkahlaku.  Prinsip kesenangan berujung pada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan-dorongan biologis tersebut.
Id merupakan proses primer yang bersifat primitif, tidak egois, tidak rasional, Dan orientasinya bersifat fantasi (maya).
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh, dua cara (proses), yaitu melalui refleks dalam proses primer (“the primary process”). Refleks merupakan reaksi-reaksi/ otomatis yang bersifat bawaan (bukan hasil belajar), seperti : bersin dan berkedip. Melalui refleks, ketegangan (perasaan tak nyaman dapat direduksi dengan segera. Proses primer merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. Misalnya: pada saat lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam menghayalkan kegiatan balas dendam. Kehadiran objek diinginkan dalam bentuk maya (hayalan) sebagai pengalaman halusinasi dinamakan “wishfullfillment”. Contoh yang terbaik tentang proses primer ini adaah mimpi (dream).
Freud meyakini bahwa mimoi merupakan usaha pemenuhan keinginan atau dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi dalam kondisi nyata. Berbagai halusinasi pada orang yang mengalami gangguan jiwa merupakan contoh dari proses primer ini. namun jelas, proses primer ini tidak dapat mengurangi ketegangan. Rasa lapar tidak dapat terpenuhi (menjadi kenyang) hanya dengan membayangkan makanan. Oleh karena dengan proses primer tidak dapat mereduksi ketegangan atau memnuhi keinginan atau dorongan, maka cara atau proses baru perlu dikembangkan. Atas dasar kebutuhan inilah komponen kepribadian kedua terbentuk, yaitu Ego (Das Ich).
2.      Ego (Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instinkmana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya; atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip-prinsip realitas (reality principle). Peranan utama Ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (external social world) yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas (reality principle) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus memahami kekuatan kuda. Dalam rangka menghindar dari masalah, ego harus berusaha menjinakkan dorongan-dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasar pada “secondary process thinking”. Proses sekunder adalah berpikir realistik yang bersifat rasional, realistik dan berorientasi pada pemecahan masalah. Ke dalam proses sekunder ini termasuk pula fuungsi-fungsi persepsi, belajar, memori, dan yang sepertinya. Melalui proses sekunder ini pula, ego merumuskan suatu rencana untuk memuaskan kebutuhan atau dorongan, kemudian menguji rencana itu. Orang yang lapar merencanakan untuk mencari makan, dan mengujinya di tempat mana makanan itu berada. Kegiatan ini dinamakan “reality testing” (pengujian keberadaan objek pemuasan di dunia nyata). Ego senantiasa berupaya untuk mencegah dampak negatif dari masyarakat (seperti hukuman dari orang tua atau guru). Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering bersifat pragmatis, kurang memperhatikan nila/norma, atau bersifat hedonis. Namun begitu Ego juga berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dengan cara menunda kesenangan/kepuasan sesaat.
Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa (1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energi (daya) ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar, (4) ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakkannya.
3.      Super Ego (Das Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup, terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk. Individu menginternalisasi berbagai norma sosial tersebut. Dalam arti, individu menerima norma-norma sosial atau prinsip-prinsip norma tertentu, kemudian menuntut individu yang bersangkutan untuk hidup sesuai dengan norma tersebut.
Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya. Apabila tingkah lakunya ternyata salah, tidak baik (bad) atau tidak sesuai dengan ketentuan orang tuanya, kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa ini membentuk kata hati (conscience) anak. Sdangkan apabila perkataan atau tingkah lakunya baik (good), disetujui dan mendapat ganjaran dari orang tuanya, maka peristiwa ini membentuk ego-ideal anak.
Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal itu disebut introjeksi. Introjeksi ini dapat juga diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma moral dan orang tuanya. Baik kata hati maupun ego-ideal, kedua-duanya merupakan dua komponen yang membentuk super ego sebagai suatu sistem dalam kepribadian individu. Kata hati berfungsi sebagai hakim dalam diriu seseorang, apabila dia melakukan kesalahan, maka kata hati menghukumnya dengan membuatnya merasa bersalah (guilty feeling. Sementara ego ideal berfungsi sebagai pemberi hadiah atau ganjaran kepada individu apabila dia berbuat baik dengan cara membuatnya merasa bangga akan dirinya. Dengan terbentuknya superego ini, berarti pada diri individu telah terbentuk kemampuan ntukmengontrol irinya sendiri(self control) menggantn kontro dari rang tua (out control).
Superego berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untu menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection)
Secara ringkas, karakteristik ketiga sistem kepribadian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1
Karakteristik Sistem Kepribadian Menurut Freud
ID
EGO
SUPEREGO
Sistem asli (the true psychic reality), bersifat subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang terdiri dari instink-instink, dan gudangnya (reservoir) energi psikis yang digunakan oleh ketiga sistem kepribadian.
Berkembang untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energi dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata).
Komponen moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem: kata hati (yang menghukum tingkah lakku yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar tingkah laku yang baik).


TEMPERAMEN
SIFAT-SIFAT
1.      Sangunis
a.       Sifat dasar: periang, optimis, da percaya diri.
b.      Sifat perasaannya: mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius, kurang dapat dipercaya karena kurang begitu konsekuen.
2.      Melankolis
a.       Sifat dasar: pemurung, sedih, pesimistis, kurang percaya diri.
b.      Sifat lainnya: merasa tertekan dengan masa lalunya, sulit menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen, dan suka menepati janji.
3.      Koleris
a.       Sifat dasar: selalu merasa kurang puas, beraksi nehatif dan agresif.
b.      Sifat lainnya: mudah tersinggung (emosional), suka membuat provokasi, tidak mau mengalah, tidak sabaran, tidak toleran, kurang mempunyai rasa humor, cenderung beroposisi, dan banyak inisiatif (usaha).
4.      Plegamatis
a.       Sifat dasar: pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang jelas), dan stabil.
b.      Sufat lainnya: merasa cukup puas, tidak peduli (acuh tak acuh), dingin hati (tak mudah terharu), pasif, tidak mempunyai banyak minat, bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur.

Ketiga komponen di atas merupakan suatu sistem kepribadian yang bekerja sebagai suatu tim dan dikoordinasikan (diatur) oleh ego. Freud membandingkan struktur kepribadian atau lapisan kesadaran itu dengan gunung es yang menggambarkan bahwa menurut Freud kesadaran itu terdiri atas tiga tingkat, yaitu sebagai berikut.
a.       Kesadaran (conscious) merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh (full aware). Melalui kesadarannya, individu mengetahui tentang: siapa dia, sedang apa dia, sedang di mana dia, apa yang terjadi disekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkannya. Freud meyakini bahwa kesadaran individu merupakan bagian terkecil (permukaan gunung es) dari kehidupan mentalnya.
b.      Ambang sadar (preconscious) merupakan lapisan juwa di bawah kesadaran, sebagai tempat penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, namun dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat diingat kembali. Contohnya: pada suatu saat kita lupa tentang apa yang telah dipelajari, tetapi dengan sedikit konsentrasi dan asosiasi tertentu kita bisa mengingat kembali pelajaran tersebut.
c.       Ketidaksadaran (unconscious) merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental individu. Area ini merupakan gudang dari instink-instink atau pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (emotional pain) yhang dipres. Walaupun individu secara penuh tidak menyadari keberadaan instink-instink tersebut, namun instink-instink itu aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan (pleasure principle). Instink-instink itu merupakan penentu utama tingkah laku individu.















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Sigmund Freud (1856-1939) menggambarkan kehidupan jiwa manusia sebagai gunung es yang mengapung di laut. Kesadaran jiwa itu ibarat bagian es yang Nampak di atas permikaan air, yang hanya merupakan bagian kecil saja dari seluruh es yang mengapung tadi. Sedangkan bagian es yang terendam dalam air melukiskan jiwa bawah sadar sebagai bagian terbesar. Wilayah bawah sadar ini juga berisi kekuatan-kekuatan vital tak kasat mata, namun memiliki kendali penting terhadap pikiran dan perbuatan sadar seseorang.
Menurut pendapat kami, bahwa teori Freudinamisme memang cukup kuat dan menarik, walaupun bersifat spekulatif dengan dukungan fakta klinis. Sebagai teori kedudukannya dalam forum ilmiah menjadi tantangan bagi lawan-lawannya dan ahli-ahli generasi muda seterusnya untuk meneliti kembali teori Frreudinamisme untuk dikembangkan lebih lanjut. Sedangakan dalam forum terapi psikiatris dengan metode asosiasi bebas, memang sangat bermanfaat, sepanjang terapisnya memang ahli psikoanalisis.

B.     Rekomendasi
Dengan mempelajari dasar dari teori psikoanalisi, diharapkan konselor dapat membantu individu dan konseli dalam proses penyadaran hal-hal yang tersimpan ketidaksadaran konseli. Sesuai dengan tujuan dari psikoanalisis sendiri yaitu membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri konseli.



REFERENSI

Rendy Wira. (2011). Teori Psikologi Kepribadian Sigmun Freud. [Online]. Tersedia: [_____]
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya